a. Pendudukan Jepang di Indonesia
Anda masih ingat ajaran Shinthoisme tentang “Hakko Ichiu”? Hakko
Ichiu berarti kesatuan keluarga umat manusia. Ajaran tersebut telah
memberi motivasi bangsa dan pemerintah Jepang untuk membangun masyarakat
dunia di bawah kendali Jepang. Semangat tersebut diaktualisasikan dalam
bentuk melancarkan semangat imperialisme dan ekspansi ke Asia Tenggara,
salah satunya Indonesia.
Anda tentu masih ingat peristiwa “Perang Pasifik” pada modul 2 yang
lalu. Peristiwa tersebut telah menghantarkan Jepang ke Bumi Indonesia.
(Baca kembali PD II khususnya perang Pasifik). Pada tanggal 8 Maret 1942
panglima tentara Hindia Belanda (Letjen H. Ter P o e r t e n )
menandatangani piagam penyerahan tanpa syarat di Kalijati kepada
angkatan perang Jepang di bawah pimpinan Letjen Hitoshi Imamura. Sejak
saat itu dengan resmi Indonesia berada di bawah kekuasaan bala tentara
Jepang dan Belanda telah kehilangan haknya atas Indonesia.
Untuk menambah wawasan Anda Silakan simak gambar 1. Setelah menyimak gambar tersebut, perhatikan uraian materi berikutnya.
Untuk lebih memperkuat ingatan Anda tentang materi perang Pasifik,
silahkan Anda pelajari peta wilayah pendudukan Jepang di Asia. Buatlah
catatan nama kota, wilayah, negara yang diserbu dan dikuasai dalam buku
catatan Anda.
Selanjutnya materi ini akan diuraikan sesuai bidang kajian, agar Anda lebih mudah memahaminya.
b. Aspek politik
Kebijakan pertama yang dilakukan Dai Nippon (pemerintah militer
Jepang) adalah melarang semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal
20 Maret 1942, dikeluarkan peraturan yang membubarkan semua organisasi
politik dan semua bentuk perkumpulan. Pada tanggal 8 September 1942
dikeluarkan UU no. 2 Jepang mengendalikan seluruh organisasi nasional.
Anda dapat membayangkan, keluarnya UU tersebut, praktis menjadikan
organisasi nasional yang pada saat itu sedang giat-giatnya
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia harus dilumpuhkan. Anda masih ingat
perjuangan Parindra dan GAPI? Perjuangan Parindra dan GAPI adalah
Indonesia mulia dan sempurna serta berusaha untuk menentukan nasib
sendiri bagi bangsa Indonesia. Parindra berusaha untuk mempersatukan
persepsi/pandangan organisasi pergerakan nasional dengan cara
menggabungkan beberapa organisasi. Sementara GAPI berjuang untuk
mencapai kemerdekaan dengan jalan perjuangan melalui tuntutan Indonesia
berparlemen. Tentu saja perjuangan Parindra dan GAPI akan membahayakan
posisi Jepang yang baru saja menginjakkan kakinya di Indonesia.
Dalam rangka menancapkan kekuasaan di Indonesia, pemerintah militer
jepang melancarkan strategi politisnya dengan membentuk gerakan Tiga A.
Gerakan ini merupakan upaya Jepang untuk merekrut dan mengerahkan
tenaga rakyat yang akan dimanfaatkan dalam perang Asia Timur Raya.
Berbagai propaganda akan dilakukan agar gerakan tersebut sukses dan
Indonesia dapat meyakini bahwa Jepang adalah bangsa Asia yang memiliki
kelebihan dan dapat diharapkan membebaskan Indonesia dari penjajahan
Barat.
Gerakan Tiga A dalam realisasinya, tidak mampu bertahan lama, karena
rakyat Indonesia tidak sanggup menghadapi kekejaman militer Jepang dan
berbagai bentuk eksploitasi yang dilakukan bahkan jika boleh
mengistilahkan, “masih lebih baik dijajah oleh Belanda daripada dijajah
Jepang”. Hal tersebut membuktikan kekejaman militer Jepang sulit
tertandingi.
Ketidaksuksesan gerakan Tiga A,membuat Jepang mencari bentuk lain
untuk dapat menarik simpati rakyat. Upaya yang dilakukan adalah
menawarkan kerjasama dengan para pemimpin indonesia untuk membentuk
“Putera”. melalui Putera diharapkan para pemimpin nasional dapat
membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual untuk mengabdikan
pikiran dan tenaganya demi kepentingan perang melawan Sekutu.
Melihat peluang untuk melakukan perjuangan secara non kooperasi sulit
dilakukan, akhirnya para pemimpin mencoba memanfaatkan peluang
kerjasama tersebut, dengan harapan Putera dapat menjadi wadah untuk
menggalang prsatuan dan menjadi kekuatan tersembunyi. Paling tidak
Putera akan menjadi wadah untuk melakukan konsolidasi kekuatan minimal
para pemimpin dapat berdialog dengan rakyat melalui sarana/fasilitas
yang dimiliki pemerintah Jepang.
Keberhasilan organisasi Putera, tidak terlepas dari kemampuan para
pemimpin serta tingginya kepercayaan rakyat Indonesia pada para tokoh
nasional untuk memperjuangkan Indonesia merdeka. Indikasinya dapat Anda
lihat dari kemajuan organisasi Putera sampai ke berbagai daerah dan
kemandirian Putera dalam menjalankan kegiatan operasional tanpa suntikan
dana dari pemerintah Jepang. meskipun Putera tidak mampu menghasilkan
karya konkrit bagi perjuangan pergerakan nasional namun, dengan adanya
Putera mentalitas bangsa Indonesia secara tidak langsung sudah
dipersiapkan untuk dapat memperjuangkan proklamasi kemerdekaan. Hal
serupa dapat Anda lihat pada pembentukan organisasi militer PETA.
Langkah pendudukan selanjutnya Jepang membentuk Dinas Polisi Rahasia
yang disebut Kempetai bertugas mengawasi dan menghukum pelanggaran
terhadap pemerintah Jepang. Pembentukan Kempetai ini menyebabkan
tokoh-tokoh pergerakan Nasional Indonesia memilih sikap kooperatif untuk
menghindari halhal yang tidak diinginkan, karena kekejaman Kempetai
yang sangat terkenal.
Diskriminasi politik tentara pendudukan juga diterapkan, untuk
membedakan wilayah Jawa dengan luar Jawa. Untuk pulau Jawa Jepang
bersikap lemah karena pertimbangan jauh dari Sekutu, sementara untuk
luar Jawa sebaliknya mendapat kontrol/pengawasan yang sangat ketat.
Selain itu, Jepangpun melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan cara:
a. Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (ingat Hakko Ichiu?)
b. Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung Asia)
c. Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar.
d. Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji
e. Menarik simpati organisasi Islam MIAI. (ingat modul 3, mengapa MIA tidak dibubarkan?)
f. Melancarkan politik dumping
g. Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir.
Soekarno, Drs. M. Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara
membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda.
Selain propaganda, Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa pembentukan badan-badan kerjasama seperti berikut:
a. Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum
Nasionalis sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga dan
pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang.
b. Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi
sentral dan terdiri dari berbagai macam profesi (dokter, pendidik,
kebaktian wanita pusat dan perusahaan).
Penerapan sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan
sendiri dan kebutuhan perang). Sistem ini diterapkan di setiap wilayah
ekonomi. Contoh Jawa menjadi 17 daerah, Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu
(daerah yang diperintah Angkatan Laut) 3 daerah.
Setelah penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di Kalijati
maka seluruh daerah Hindia Belanda menjadi 3 daerah pemerintahan
militer:
1. Daerah bagian tengan meliputi Jawa dan madura dikuasai oleh tentara keenambelas denagn kantor pusat di Batavia.
2. Daerah bagian Barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat di Bukit tinggi dikuasai oleh tentara keduapuluhlima.
3. daerah bagian Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi,
Nusantara, Maluku dan Irian Jaya dibawah kekuasaan armada selatan kedua
dengan pusatnya di Makassar.
Selain kebijakan politik di atas, pemerintah Militer Jepang juga
melakukan perubahan dalam birokrasi pemerintahan, diantaranya adalah
pembentukan organisasi pemerintahan di tingkat pusat dengan membentuk
Departemen dan pembentukan Cou Sang In/dewan penasehat. Untuk
mempermudah pengawasan dibentuk tiga pemerintahan militer yakni:
1. Pembentukan Angkatan Darat/Gunseibu, membawahi Jawa dan
Madura dengan Batavia sebagai pusat dan dikenal dengan tentara ke enam
belas dipimpin oleh Hitoshi Imamura.
2. Pembentukan Angkatan Darat/Rikuyun, yang membawahi Sumatera
dengan pusat Bukit Tinggi (Sumatera Barat) yang dikenal dengan tentara
ke dua puluh lima dipimpin oleh Jendral Tanabe.
3. Pembentukan Angkatan Laut/Kaigun, yang membawahi
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian dengan pusatnya
Ujung Pandang (Makasar) yang dikenal dengan Armada Selatan ke dua dengan
nama Minseifu dipimpin Laksamana Maeda.
Untuk kedudukan pemerintahan militer sementara khusus Asia Tenggara berpusat di Dalat/Vietnam.
Dengan sistem sentralisasi kekuasaan, Jepang mencoba untuk menanamkan
kekuasaan di Indonesia. Pulau Jawa menjadi pusat pemerintahan yang
terpenting, bahkan jabatan Gubernur Jenderal masa Hindia Belanda dihapus
dan diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa. Sementara status
pegawai dan pemerintahan sipil masa Hindia Belanda tetap diakui
kedudukannya asal memiliki kesetiaan terhadap Jepang. Status badan
pemerintahan dan UU di masa Belanda tetap diakui sah untuk sementara,
asal tidak bertentangan dengan aturan kesetiaan tentara Jepang.
Untuk lebih jelasnya, Anda dapat melihat struktur Birokrasi
pemerintahan Militer dan Sipil pada masa pendudukan Jepang dengan
melihat bagan di bawah ini.
a. Pemerintahan Militer Jepang
b. Struktur pemerintahan sipil pada masa pendudukan Jepang
Dari penjelasan di atas, tentang kebijakan pemerintah militer Jepang
di bidang politik dan birokrasi dampak yang dirasakan bangsa Indonesia
antara lain terjadinya perubahan struktur pemerintahan dari sipil ke
militer, terjadi mobilitas sosial vertikal (pergerakan sosial ke atas
dalam birokrasi) dalam masyarakat Indonesia. Sisi positif yang dapat
Anda ketahui, bangsa Indonesia mendapat pelajaran berharga sebagai
jawaban cara mengatur pemerintahan, karena adanya kesempatan yang
diberikan pemerintah Jepang untuk menduduki jabatan penting seperti
Gubernur, dan wakil Gubernur, Residen, Kepala Polisi.
Coba cek pemahaman Anda dengan pertanyaan berikut:
1. Apa alasan Jepang mengangkat orang Indonesia dalam jabatan penting?
2. Pelajaran apa yang dapat Anda tarik dari sistem pemerintahan yang disusun Jepang untuk Indonesia?
c. Aspek Ekonomi dan Sosial
Pada kedua aspek ini, Anda akan menemukan bagaimana praktek
eksploitasi ekonomi dan sosial yang dilakukan Jepang terhadap bangsa
Indonesia dan Anda bisa membandingkan dampak ekonomi dan sosial dengan
dampak politis dan birokrasi.
Hal-hal yang diberlakukan dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka
seluruh potensi sumber daya alam dan bahan mentah digunakan untuk
industri yang mendukung mesin perang. Jepang menyita seluruh hasil
perkebunan, pabrik, Bank dan perusahaan penting. Banyak lahan pertanian
yang terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi
dan industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan
menurun dan kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis.
2) Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat
dengan sanksi pelanggaran yang sangat berat. Pengawasan tersebut
diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang.
Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang. Pengawasan
perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan sekaligus memonopoli penjualannya.
Pembatasan teh, kopi dan tembakau, karena tidak langsung berkaitan
dengan kebutuhan perang. Monopoli tebu dan gula, pemaksaan menanam pohon
jarak dan kapas pada lahan pertanian dan perkebunan merusak tanah.
3) Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki
(memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang).
Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua kekayaan dikorbankan untuk
kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat baik fisik
maupun material.
4) Pada tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai
terdesak, sehingga tuntutan akan kebutuhan bahan-bahan perang makin
meningkat. Untuk mengatasinya pemerintah Jepang mengadakan kampanye
penyerahan bahan pangan dan barang secara besar-besaran melalui Jawa
Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta instansi resmi
pemerintah. Dampak dari kondisi tersebut, rakyat dibebankan menyerahkan
bahan makanan 30% untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40%
menjadi hak pemiliknya. Sistem ini menyebabkan kehidupan rakyat semakin
sulit, gairah kerja menurun, kekurangan pangan, gizi rendah, penyakit
mewabah melanda hampir di setiap desa di pulau Jawa salah satunya:
Wonosobo (Jateng) angka kematian 53,7% dan untuk Purworejo (Jateng)
angka kematian mencapai 224,7%. Bisa Anda bayangkan bagaimana beratnya
penderitaan yang dirasakan bangsa Indonesia pada masa Jepang (bahkan
rakyat dipaksa makan makanan hewan seperti keladi gatal, bekicot,
umbi-umbian).
5) Sulitnya pemenuhan kebutuhan pangan semakin terasakan
bertambah berat pada saat rakyat juga merasakan penggunaan sandang yang
amat memprihatinkan. Pakaian rakyat compang camping, ada yang terbuat
dari karung goni yang berdampak penyakit gatal-gatal akibat kutu dari
karung tersebut. Adapula yang hanya menggunakan lembaran karet sebagai
penutup.
Demikian bentuk praktek-praktek eksploitasi ekonomi masa pendudukan
Jepang, yang telah begitu banyak menghancurkan sumber daya alam,
menimbulkan krisis ekonomi yang mengerikan dan berakhir dengan tingginya
tingkat kematian seperti yang terjadi juga pada bidang sosial di bawah
ini, khususnya pergerakan sosial yang dilakukan pemerintah Jepang dalam
bentuk Kinrohosi atau kerja bakti yang lebih mengarah pada kerja paksa
untuk kepentingan perang.
Luasnya daerah pendudukan Jepang, menyebabkan Jepang memerlukan
tenaga kerja yang sebanyak-banyaknya untuk membangun sarana pertahanan
berupa kubu-kubu pertahanan, lapangan udara darurat, gudang bawah tanah,
jalan raya dan jembatan. Tenaga untuk mengerjakan semua itu, diperoleh
dari desa-desa di Jawa yang padat penduduknya melalui suatu sistem kerja
paksa yang dikenal dengan Romusha. Romusha ini dikoordinir melalui
program Kinrohosi/kerja bakti. Pada awalnya mereka melakukan dengan
sukarela, lambat laun karena terdesak perang Pasifik maka pengerahan
tenaga diserahkan pada panitia pengerah (Romukyokai) yang ada di setiap
desa. Banyak tenaga Romusha yang tidak kembali dalam tugas karena
meninggal akibat kondisi kerja yang sangat berat dan tidak diimbangi
oleh gizi dan kesehatan yang mencukupi. Kurang lebih 70.000 orang dalam
kondisi menyedihkan dan berakhir dengan kematian dari ± 300.000 tenaga
Romusha yang dikirim ke Birma, Muangthai, Vietnam, Malaya dan Serawak.
(buku Sejarah kelas II Bumi Aksara).
Kondisi sosial yang memprihatinkan tersebut telah memicu semangat
Nasionalisme para pejuang Peta untuk mencoba melakukan pemberontakan
karena tidak tahan menyaksikan penyiksaan terhadap para Romusha.
Praktek eksploitasi/pengerahan sosial lainnya yang dapat Anda ketahui
adalah bentuk penipuan terhadap para gadis Indonesia untuk dijadikan
wanita penghibur ( Jung hu Lanfu) dan disekap dalam kamp tertutup. Para
wanita ini awalnya diberi iming-iming pekerjaan sebagai perawat, pelayan
toko, atau akan disekolahkan, ternyata dijadikan pemuas nafsu untuk
melayani prajurit Jepang di kamp-kamp: Solo, Semarang, Jakarta, Sumatera
Barat. Kondisi tersebut mengakibatkan banyak gadis yang sakit (terkena
penyakit kotor), stress bahkan adapula yang bunuh diri karena malu.
(Sebagai gambaran Anda masih ingat film “Romusha” dengan latar belakang
penjajahan Jepang).
Adapun kebijakan pemerintah Jepang di bidang sosial yang dapat
dirasakan manfaatnya seperti pembentukan Tonarigami (RT), satu RT ± 10 –
12 kepala keluarga. Pembentukan RT ini bertujuan untuk memudahkan
pengawasan dan memudahkan dalam mengorganisir kewajiban rakyat serta
memudahkan pengawasan dari pemerintah desa.
Perubahan sosial dalam masyarakat Indonesia terjadi pada masa
pemerintahan Jepang berupa diterapkannya sistem birokrasi Jepang dalam
pemerintahan di Indonesia sehingga terjadi perubahan dalam
institusi/lembaga sosial di berbagai daerah (lihat struktur pemerintahan
desa/sipil).
Kini, Anda telah dapat mengetahui informasi kondisi politik – ekonomi
dan sosial bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang. Untuk lebih
luas pemahaman Anda, silahkan Anda kaji materi di bawah ini yang khusus
membahas aspek kebudayaan.
d. Aspek kebudayaan
Kebijakan yang diterapkan pemerintah Jepang di bidang pendidikan
adalah menghilangkan diskriminasi/perbedaan siapa yang boleh
mengenyam/merasakan pendidikan. Pada masa Belanda, Anda tentu masih
ingat, yang dapat merasakan pendidikan formal untuk rakyat pribumi hanya
kalangan menengah ke atas, sementara rakyat kecil (wong cilik) tidak
memiliki kesempatan. Sebagai gambaran diskriminasi yang dibuat Belanda,
ada 3 golongan dalam masyarakat:
1. Kulit putih (Eropa)
2. Timur Aing (Cina, India dll)
3. Pribumi
Pola seperti ini mulai dihilangkan oleh pemerintah Jepang. Rakyat
dari lapisan manapun berhak untuk mengenyam pendidikan formal. Jepang
juga menerapkan jenjang pendidikan formal seperti di negaranya yaitu: SD
6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun. Sistem ini masih diterapkan oleh
pemerintah Indonesia sampai saat ini sebagai satu bentuk warisan Jepang.
Satu hal yang melemahkan dari aspek pendidikan adalah penerapan
sistem pendidikan militer. Sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan
untuk kepentingan perang. Siswa memiliki kewajiban mengikuti latihan
dasar kemiliteran dan mampu menghapal lagu kebangsaan Jepang. Begitu
pula dengan para gurunya, diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan
Indonesia sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda.
Untuk itu para guru wajib mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan.
Dengan melihat kondisi tersebut, Anda akan mendapatkan dua sisi,
yaitu kelebihan dan kekuarangan dari sistem pendidikan yang diterapkan
pada masa Belanda yang lebih liberal namun terbatas. Sementara pada masa
Jepang konsep diskriminasi tidak ada, tetapi terjadi penurunan kualitas
secara drastis baik dari keilmuan maupun mutu murid dan guru.
Diskusikan dengan teman, orang tua/siapa saja di lingkungan Anda yang diperkirakan dapat memberi informasi:
1. Penjajah Belanda dalam hal pendidikan lebih bersifat memecah belah dan diskriminasi.
Coba apa alasannya.
2. Pendidikan Jepang misalnya bidang militer seperti PETA apakah benar-benar tulus? Jelaskan.
Kondisi di atas tidak terlepas dari target pemerintah Jepang melalui
pendidikan, Jepang bermaksud mencetak kader-kader yang akan mempelopori
dan mewujudkan konsep kemakmuran bersama Asia Timur Raya, namun dengan
jalan yang salah, karena harus melalui peperangan Asia Timur Raya.
Satu hal yang paling menarik untuk Anda cermati adalah pemaksaan yang
dilakukan oleh pemerintah Jepang agar masyarakat Indonesia terbiasa
melakukan penghormatan kepada Tenno ( Kaisar) yang dipercayai sebagai
keturunan dewa matahari ( Omiterasi Omikami). Sistem penghormatan kepada
kaisar dengan cara membungkukkan badan menghadap Tenno, disebut dengan
Seikeirei. Penghormatan Seikerei ini, biasanya diikuti dengan
menyanyikan lagu kebangsaan Jepang ( kimigayo) . Tidak semua rakyat
Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya dari kalangan Agama.
Penerapan Seikerei ini ditentang umat Islam, salah satunya perlawanan
yang dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren
Sukamanah Jawa Barat. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Singaparna.
Ada hal yang dapat Anda ketahui dari kebijakan pemerintah Jepang di
bidang budaya yakni berkembangnya tradisi kerja bakti secara massal
melalui kinrohosi/ tradisi kebaktian di dalam masyarakat Indonesia.
Adanya tradisi kebaktian, kerja keras dan ulet dalam mengerjakan tugas.
Nilai tradisi Jepang dan kemiliterannya melaui semangat Bushido
(semangat ksatria Jepang akan dapat Anda ketahui dari analisa aspek
militer).
e. Aspek Kehidupan Militer
Pada aspek militer ini, Anda akan memahami bahwa badan-badan militer
yang dibuat Jepang semata-mata karena kondisi militer Jepang yang
semakin terdesak dalam perang Pasifik.
Memasuki tahun kedua pendudukannya (1943), Jepang semakin intensif
mendidik dan melatih pemuda-pemuda Indonesia di bidang militer. Hal ini
disebabkan karena situasi di medan pertempuran (Asia – Pasifik) semakin
menyulitkan Jepang. Mulai dari pukulan Sekutu pada pertempuran laut di
Midway (Juni 1942) dan sekitar Laut Karang (Agustus ’42 – Februari
1943). Kondisi tersebut diperparah dengan jatuhnya Guadalacanal yang
merupakan basis kekuatan Jepang di Pasifik (Agustus 1943).
Situasi di atas membuat Jepang melakukan konsolidasi kekuatan dengan
menghimpun kekuatan dari kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai
tenaga potensial yang akan diikutsertakn dalam pertempuran menghadapi
Sekutu.
Di bawah ini Anda akan mempelajari bentuk-bentuk barisan militer yang dipersiapkan oleh Jepang antara lain:
a. 9 Maret 1943 didirikan gerakan Seinendan (Barisan
Pemuda). Pelantikannya dilakukan 29 April 1943, dengan anggota ± 3500
pemuda. Tujuannya untuk melatih dan mendidik para pemuda, agar mampu
menjaga dan mempertahankan tanah air dengan kekuatan sendiri.
Persyaratan untuk menjadi Seinendan adalah: pemuda berusia 14 – 23
tahun.
Untuk lebih meningkatkan pemahaman Anda. Simaklah gambar 4 diatas, selanjutnya simak uraian materi berikutnya!
b. Pembentukan Barisan Pelajar ( Gokutai) untuk pelajar SD – SLTA, seperti t erlihat pada gambar berikut ini:
c. Pembentukan Barisan bantu Polisi ( Keibodan), dengan
syarat yang lebih ringan dari Seinendan, usia yang diprioritaskan ± 23 –
25 tahun. Untuk Keibodan ini ada keharusan untuk setiap desa (ku) yang
memiliki pemuda dengan usia tersebut dan berbadan sehat wajib menjadi
Keibodan. Sistem pengawasan Keibodan ini diserahkan pada Polisi Jepang.
Ada beberapa istilah Keibodan sesuai dengan wilayah atau daerahnya
seperti di Sumatera disebut dengan Bogodan sedangkan di daerah Angkatan
Laut, khususnya di Kalimantan disebut dengan Borneo Konon Hokokudan
dengan jumlah pasukan ± 28.000 orang.
d. Pembentukan barisan pembantu Prajurit Jepang ( Heiho)
April 1943. Anggota Heiho adalah pemuda berusia ± 18 – 25 tahun, dengan
pendidikan terendah SD. Mereka akan ditempatkan langsung pada angkatan
perang Jepang (AL – AD). Walaupun berstatus pembantu prajurit tetapi
mereka dilatih untuk mampu menggunakan senjata dan mengoperasikan
meriam-meriam pertahanan udara. Bahkan saat perang semakin hebat mereka
diikutsertakan bertempur ke front di Solomon dan tempat lain. Disinilah
para pemuda kita mendapat tempat latihan militer yang sesungguhnya
dengan kemampuan yang tinggi.
e. Pembentukan Barisan Semi Militer khusus direkrut dari
golongan Islam dengan nama : Hizbullah (Tentara Allah) diantaranya tokoh
Otto Iskandinata dan Dr. Buntaran Martoatmojo
.f. Pembentukan Pasukan Pembela Tanah Air ( PETA) tanggal 3
Oktober 1943 dilakukan oleh Letjen Kumakici Harada melalui Osamu Seiri
no. 44 yang mengatur tentang pembentukan PETA. Pembentukan PETA ini,
Jepang bercermin dari Perancis saat menguasai Maroko dengan memanfaatkan
pemuda Maroko sebagai tentara Perancis.Secara khusus penjelasan tentang
PETA, akan lebih diperluas, karena peranan anggota PETA ini sangat
besar dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan dan mempertahankannya.
Disinilah inti dari kekuatan militer RI nantinya (sering diistilahkan
dengan embrio dari TNI).
g. Pembentukan Jawa Hokokai
Memasuki tahun 1944 kondisi Jepang bertambah buruk. Satu persatu
wilayahnya berhasil dikuasai Sekutu, bahkan serangan langsung mulai
diarahkan ke negeri Jepang sendiri. Melihat kondisi tersebut pada
tanggal 9 September 1944 PM Kaiso mendeklarasikan janji kemerdekaan
untuk Indonesia di kemudian hari. Janji ini semata-mata untuk memotivasi
bangsa Indonesia agar tetap setia membantu perjuangan militer Jepang
dalam menghadapi Sekutu. Beberapa hari sesudah janji kemerdekaan
dibentuklah Benteng perjuangan Jawa ( Jawa Sentotai) ini merupakan badan
perjuangan dalam Jawa Hokokai, bahkan organisasi lainpun dibentuk
seperti Barisan Pelopor ( Suisyintai) dipimpin langsung oleh Ir.
Soekarno, Sudiro, RP. Suroso, Otto Iskandardinata dan Dr. Buntaran
Martoatmojo.
Melalui bentuk-bentuk pelatihan militer di atas, Anda akan dapat
memahami sisi positif dan negatif yang dapat dirasakan para pemuda
Indonesia. Para pemuda kita tidak hanya dilatih kemampuan dan
keterampilan militernya dalam menggunakan senjata tetapi sikap dan
mental merekapun tanpa sadar dibentuk dengan suatu semangat Bushido
(sikap para ksatria militer Jepang) baik disiplin, keuletan/daya juang
yang tinggi, kerja keras, jujur dan berani menghadapi tantangan serta
memiliki tanggung jawab.
Sikap mental yang seperti ini akan menjadi kekuatan tersendiri dari
para pemuda Indonesia dalam menghadapi kekejaman tentara Jepang seperti
dalam pemberontakan PETA. Di sisi lain akan menjadi bekal dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia menghadapi tentara Sekutu, baik
yang tergabung dalam laskar-laskar rakyat maupun yang akan menjadi
tentara Inti Republik Indonesia. Seperti terlihat pada gambar 6 berikut
ini.
Bagaimana dampak negatifnya? Anda tentu sudah dapat membayangkannya
bagaimana bentuk eksploitasi (pengerahan) fisik terjadi, baik pada saat
pelatihan maupun sesudah menjadi Tentara Sukarela yang dikirim untuk
berperang. Mereka yang berada pada usia produktif (aktif 20 – 40 tahun)
harus berjuang dengan taruhan nyawa demi membela kepentingan bangsa
lain. Sementara bagi mereka yang tidak terjun langsung ke medan juang,
tenaga mereka dipersiapkan untuk menyediakan fasilitas perang mulai dari
perlengkapan fisik sampai pada penyediaan logistik/bahan makanan untuk
tentara.
Dari uraian materi di atas, Anda tentunya sudah mendapatkan gambaran
yang jelas bagaimana pemerintah Jepang membuat kebijakan pemerintah
untuk mempertahankan jajahannya, yang kesemuanya tidak terlepas dari
praktekpraktek eksploitasi terhadap bangsa Indonesia.
Sebagai langkah selanjutnya Anda dapat mengerjakan latihan soal
berikut ini, untuk mengukur tingkat pemahaman Anda terhadap uraian
materi modul yang telah anda pelajari. |
|
|
|
Kegiatan belajar 2 :Pergerakan Nasional Pada Masa Pendudukan Jepang |
|
|
|
PERGERAKAN NASIONAL PADA MASA
PENDUDUKAN JEPANGSetelah Anda mempelajari modul ini, diharapkan mampu:
- Menjelaskan aktifitas PUTERA dalam pergerakan Nasional Indonesia pada masa pendudukan Jepang,
- Menjelaskan aktifitas PETA dalam pergerakan Nasional Indonesia pada masa pendudukan Jepang,
- Menjelaskan aktifitas gerakan sosial menentang pendudukan Jepang.
Kegiatan Pergerakan Nasional Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang
Masih ingatkah Anda salah satu dampak pendudukan Jepang di bidang
politik pada kegiatan belajar 1? Tentu Anda dapat merasakan bagaimana
sulitnya, ruang gerak organisasi pergerakan nasional yang sedang berada
pada puncak perjuangan di masa kolonial Belanda, terpaksa harus
dibubarkan karena kebijakan pemerintah Jepang yang melarang semua
organisasi politik.
Sebagai penggantinya, Jepang membentuk organisasi-organisasi yang
diarahkan untuk kepentingan perangnya. Kondisi tersebut tetap tidak
mematahkan semangat perjuangan dari para tokoh-tokoh pemuda Indonesia
untuk tetap memperjuangkan kemerdekaan, walaupun dengan cara
sembunyi-sembunyi dan ilegal.
Untuk lebih jelasnya, Anda dapat mempelajari uraian materi di bawah ini.
a. Peranan Putera dalam Pergerakan Nasional Indonesia
Anda tentu masih ingat, langkah awal yang dilakukan Jepang untuk
dapat mengerahkan Rakyat Indonesia adalah dengan mencoba mencari simpati
rakyat membentuk “Gerakan Tiga A” (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung
Asia, dan Nippon Pemimpin Asia). Sayang sekali gerakan Tiga A ini,
tidak dapat bertahan lama karena tidak mendapat simpati rakyat. Rakyat
justru merasakan kondisi gerakan Tiga A dengan kekuatan militer Jepang
sangat kejam, bahkan lebih kejam dari Belanda dan rakyat hanya dijadikan
objek eksploitasi kepentingan perang semata.
Kegagalan Gerakan Tiga A, membuat pemerintah Jepang mencari simpati
Rakyat dalam bentuk yang lain yaitu menawarkan kerjasama dengan para
tokoh pemimpin Indonesia. Oleh karena itu tokoh-tokoh pergerakan
nasional seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Sutan Syahrir
dibebaskan.
Para pemimpin bangsa Indonesia merasa bahwa satu-satunya cara
menghadapi kekejaman militer Jepang adalah dengan bersikap kooperatif.
Hal ini semata untuk tetap berusaha mempertahankan kemerdekaan secara
tidak langsung. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka mereka sepakat
bekerjasama dengan pemerintah militer Jepang dengan pertimbangan lebih
menguntungkan dari pada melawan. Hal ini didukung oleh propaganda Jepang
untuk tidak menghalangi kemerdekan Indonesia. Maka setelah terjadi
kesepakatan, dibentuklah organisasi baru bernama Putera (Pusat Tenaga
Rakyat).
Putera dibentuk pada 16 April 1943 dipimpin oleh Empat Serangkai.
Anda masih ingat siapa saja mereka? Untuk mengingatkan kembali wawasan
Anda. simaklah gambar 8 berikut ini
Tujuan Putera adalah untuk membujuk kaum Nasionalis sekuler dan
intelektual untuk mengabdikan pikiran dan tenaganya demi untuk
kepentingan perang melawan Sekutu. Mengapa Jepang berkeinginan mengajak
tokoh nasionalis bergabung dalam Putera?
Dalam tempo singkat Putera dapat berkembang sampai ke daerah dengan
anggotanya adalah kumpulan organisasi profesi seperti, Persatuan Guru
Indonesia, perkumpulan pegawai pos, radio dan telegraf, perkumpulan
Istri Indonesia, Barisan Banteng dan Badan Perantara Pelajar Indonesia
serta Ikatan Sport Indonesia.
Keberhasilan dalam perekrutan/penggabungan anggota, tidak dapat
dipisahkan dari simpati rakyat terhadap para tokoh pemimpin Indonesia
yang masih tinggi. Hal ini yang menjadi pertimbangan pemerintah Jepang
untuk menggerakkan para tokoh tersebut (tentu Anda pun berpikir hal yang
sama).
Keberadaan Putera merupakan organisasi resmi pemerintah yang
disebarluaskan melalui surat kabar (media massa) dan radio, sehingga
menjangkau sampai ke desa. Namun pemerintah militer Jepang sudah
mengantisipasi keberadaan Putera yang strategis dan politis tersebut
dengan memberikan kegiatan secara terbatas, khusus yang berkaitan dengan
upaya menghapus pengaruh barat agar mendukung pemerintah militer
Jepang.
Meskipun Putera merupakan organisasi pemerintah Jepang, namun hampir
tidak ada bantuan dana untuk kegiatan operasional organisasi tersebut,
sehingga dana untuk kegiatannya harus mencari sendiri tanpa mengharap
banyak dari pemerintah. Dengan segala kekurangannya, Putera dapat
dimanfaatkan secara maksimal oleh para tokoh pemimpin Indonesia untuk
mempersiapkan mental guna menyongsong kemerdekaan dengan cara memonitor
perkembangan kondisi dunia, memanfaatkan media massa, surat kabar dan
radio untuk berkomunikasi dengan rakyat secara leluasa.
Ternyata apa yang dilakukan para pemimpin Indonesia dinilai oleh
pemerintah Jepang hanya menguntungkan pihak Indonesia. Maka diputuskan
untuk membubarkan Putera. Selanjutnya pemerintah Jepang membentuk
organisasi baru yaitu:
- Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Agar rakyat Indonesia dapat dihimpun tenaganya lahir dan batin untuk
digalang kebaktiannya sesuai dengan Hokoseiasyen (semangat kebaktian).
Anda tentu masih ingat bahasan kegiatan 1, jika tidak, silahkan dibuka
kembali.
Dalam tradisi Jepang ada tiga dasar utama yang harus dimiliki tiap
orang Jepang yaitu sikap rela mengorbankan diri, mempertebal
persahabatan dan melaksanakan sesuatu harus menghasilkan bukti. Melalui
Jawa Hokokai ini, tiga aspek tradisi Jepang tersebut dituntut pula dari
rakyat Indonesia. Para pemimpin organisasi ini berada di bawah Gunseikan
(kepala pemerintahan militer) dan di tiap daerah dipimpin oleh Syucokan
(Gubernur/Residen). Dengan terbentuknya Jawa Hokokai, maka kaum
Nasionalis bangsa Indonesia mulai disisihkan dan kegiatan mereka
dilarang.
Keberadaan Jawa Hokokai adalah sebagai organisasi sentral yang
terkendali dan merupakn kumpulan dari Hokokai/profesi, antara lain Izi
Hokokai (Himpunan Kebaktian Dokter), Kyoiku Hokokai (Himpunan Kebaktian
Pendidik), Fujinkai (Organisasi wanita) dan Keimin Bunko Syidosyo (pusat
budaya). Kegiatan Hokokai adalah pelaksana pengerahan atau mobilisasi
(penggerakan) barang yang berguna untuk kepentingan perang seperti:
emas, permata, besi dan lain-lain
-Pembentukan Chuo Sang In
Chuo Sang In terbentuk melalui Osamu Sirei no: 36 dan 37. Ini adalah
sebuah badan yang bertugas sebagai Dewan pertimbangan pusat yang berada
langsung di bawah Saiko Shikikan/Panglima Tertinggi, tugasnya
menyampaikan usul dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
pemerintah militer Jepang mengenai pemerintahan dan politik. (Badan ini
hampir serupa dengan Volksroad/parlemen di zaman Belanda, Anda masih
ingat kan?
Dalam pelaksanaannya badan ini tidak dapat mencapai aspirasi rakyat,
sebaliknya anggota badan memiliki kekuatan yang terbatas bahkan dapat
dikatakan hanya sebagai robot Jepang.
Pertanyaannya adalah:
1. Bagaimana peranan Chuo Sang In bagi upaya kemerdekaan RI?
2. Apa manfaat yang dapat bangsa Indonesia rasakan dari Dewan Pertimbangan Pusat/Chuo Sang In?
Jawabannya:
1. pemerintah Jepang menempuh kebijakan mengangkat
pemimpin pergerakan nasional untuk memimpin jabatan-jabatan penting
seperti Kepala Departemen Urusan Agama sebagai jabatan tertinggi pertama
dipegang oleh Prof. Husein Jayadiningrat Oktober 1943. Sementara pada
November 1943 Mas Soetardjo Kartohadikoesumo diangkat menjadi Shucokan
Jakarta (Kepala Karesidenan). Begitu pula jabatan lain seperti Sanyo
(penasihat pemerintah militer, Departemen Urusan Umum dan dalam negeri
serta Departemen Kehakiman dan Perekonomian. Semua jabatan tersebut di
atas, tentunya menjadi bekal dan pengalaman yang berharga untuk
diterapkan dalam menjalankan roda pemerintahan pasca proklamasi.
2. Perjuangan politik yang dilakukan para tokoh
pergerakan nasional memang belum membuahkan hasil yang dapat dirasakan
secara langsung, mengingat kondisinya yang t idak memungkinkan.
Begitu pula dengan beberapa perjuangan militer dan sosial yang akan Anda
pelajari di bawah ini.
b. Peranan PETA dalam Kegiatan Pergerakan Nasional Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang
PETA adalah suatu kesatuan militer bersenjata, yang dibentuk atas
inisiatif Gatot Mangkupraja sehingga keberadaan PETA ada di bawah
pengaruh Putera. Untuk membimbing dan mengawasi gerak gerik PETA,
ditempatkan sejumlah pelatih (instruktur) yang berpangkat perwira (
Shidokan) dan bintara ( Shido Kasyikan) dari kalangan bangsa Jepang.
Pada awalnya pembentukan organisasi PETA ini adalah untuk memenuhi
kepentingan peperangan Jepang di lautan Pasifik dalam menghadapi Sekutu
namun dalam perkembangan selanjutnya PETA sangat besar manfaatnya bagi
bangsa Indonesia untuk meraih kemenangan dalam perjuangan fisik membela
dan mempertahankan kemerdekaan RI menghadapi Sekutu dan NICA serta
Jepang sendiri. Para pemuda yang terlatih dalam PETA ini, nanti akan
menjadi tenaga inti dalam pembentukan Tentara Nasional Indonesia.
Seperti terlihat pada gambar 9 berikut ini.
Apakah Anda kenal tokoh di bawah ini seperti Jendral Sudirman,
Jendral Achmad Yani atau Jendral A.H. Nasution? Mereka adalah mantan
tentara PETA yang akhirnya memegang kendali dalam mengamankan dan
menjaga keamanan wilayah RI seperti juga Jendral Bambang Sugeng, Jendral
Soeharto, Jendral Umar Wirahadikusumah dan Jendral Achmat Taher.
Pada tanggal 14 Februari 1945 terjadi pemberontakan PETA yang paling
menggoncangkan pemerintah militer Jepang, ini dilakukan oleh tentara
PETA di Blitar. Disana ditempatkan satu daidan (batalyon) di bawah
Daidanco Surachmad (Daidan terdiri atas empat cudan (kompi) dan 12
syodan (pleton). Anggota tentara PETA di Blitar hampir semuanya berasal
dari daerah yang sama yaitu Blitar.
Mengapa terjadi pemberontakan PETA? Dan siapa pelopornya? Faktor yang
mendasari pemberontakan tersebut adalah: tidak tahan melihat
penderitaan yang dialami keluarganya maupun rakyat sekitarnya akibat
penjajahan Jepang. Rasa iba dan amarah terakumulasi menjadi suatu
pemberontakan yang dipimpin oleh Supriyadi, Muradi, Suparyono, Sunarto,
Sudarno, Halir dan dr. Ismangil. Kemarahan mereka diluapkan dengan cara
membunuh beberapa orang Jepang dan meninggalkan asrama untuk bertahan di
lereng gunung Kelud di Blitar Selatan ± 55 orang.
Sayang sekali, pemberontakan ini tidak didukung oleh rasa persatuan
yang kuat sehingga akhir dari pemberontakan semua tokoh berakhir di
penjara dan hukuman mati ± 6 orang, seumur hidup 3 orang dan sisanya
penjara ± 2 tahun. Pelaksanaan hukuman mati dilakukan di Ancol dan
dikubur di tempat yang sama, sedang untuk yang dipenjara ditempatkan di
penjara Cipinang. Untuk menambah wawasan Anda silahkan Anda simak gambar
10 berikut ini.
Selanjutnya simak kembali uraian materi berikutnya.
Supriyadi selaku pimpinan utama tidak diketahui nasibnya dan melewati
proses pengadilan in Absensia. Bahkan setelah Indonesia merdeka, ia
menempati jabatan sebagai Menteri Pertahanan dalam kabinet RI I, namun
tidak pernah muncul. Kemungkinan ia termasuk yang gugur dalam
pemberontakan PETA sehingga jabatan menteri Pertahanan digantikan oleh
Oerip Sumohardjo.
Demikian sekilas tentang uraian PETA, namun karena PETA terlalu
bersifat Nasionalis dan dianggap sangat membahayakan kedudukan Jepang
atas wilayah Indonesia maka pada tahun 1945 PETA dibubarkan. Selanjutnya
Anda dapat mempelajari materi tentang peranan gerakan sosial dalam
pergerakan Nasional Indonesia.
c. Peranan Gerakan Sosial dalam Perjuangan Pergerakan Nasional Indonesia
Pada materi ini Anda akan melihat bentuk-bentuk perlawanan yang
dilakukan oleh kelompok masyarakat/tokoh masyarakat. Umumnya
pemberontakan fisik yang mereka lakukan karena tidak tahan terhadap
praktek-praktek eksploitasi/ penindasan terhadap harkat dan martabat
bangsa Indonesia. Buruknya kondisi kehidupan rakyat, mendorong timbulnya
perlawanan rakyat di beberapa tempat seperti:
1. Peristiwa Cot Plieng, Aceh 10 November 1942
Pemberontakan dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru
mengaji di Cot Plieng Lok Seumawe. Usaha Jepang untuk membujuk sang
ulama tidak berhasil, sehingga Jepang melakukan serangan mendadak di
pagi buta sewaktu rakyat sedang melaksanakan shalat Subuh. Dengan
persenjataan sederhana/seadanya rakyat berusaha menahan serangan dan
berhasil memukul mundur pasukan Jepang untuk kembali ke Lhokseumawe.
Begitu juga dengan serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat. Baru
pada serangan terakhir (ketiga) Jepang berhasil membakar masjid
sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil) berhasil meloloskan
diri dari kepungan musuh, namun akhirnya tertembak saat sedang shalat.
2. Peristiwa Singaparna
Perlawanan fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah Jawa Barat
(Singaparna) di bawah pimpinan KH. Zainal Mustafa, tahun 1943. Beliau
menolak dengan tegas ajaran yang berbau Jepang, khususnya kewajiban
untuk melakukan Seikerei setiap pagi, yaitu memberi penghormatan kepada
Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari terbit.
Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam Indonesia
karena termasuk perbuatan syirik/menyekutukan Tuhan. Selain itu
beliaupun tidak tahan melihat penderitaan rakyat akibat tanam paksa.
Saat utusan Jepang akan menangkap, KH. Zainal Mustafa telah
mempersiapkan para santrinya yang telah dibekali ilmu beladiri untuk
mengepung dan mengeroyok tentara Jepang, yang akhirnya mundur ke
Tasikmalaya.
Jepang memutuskan untuk menggunakan kekerasan sebagai upaya untuk
mengakhiri pembangkangan ulama tersebut. Pada tanggal 25 Februari 1944,
terjadilah pertempuran sengit antara rakyat dengan pasukan Jepang
setelah sholat Jumat. Meskipun berbagai upaya perlawanan telah
dilakukan, namun KH. Zainal Mustafa berhasil juga ditangkap dan dibawa
ke Tasikmalaya kemudian dibawah ke Jakarta untuk menerima hukuman mati
dan dimakamkan di Ancol.
3. Peristiwa Cot Plieng, Aceh 10 November 1942
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan
kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja
rodi/kerja paksa/Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat
yang berkepanjangan.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan di desa Karang Ampel, Sindang Kabupaten Indramayu.
Setelah Anda mengamati gambar 11, bagaimana perasaan Anda?
4. Pemberontakan Teuku Hamid
Teuku Hamid adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satu pleton
pasukannya melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan. Ini
terjadi pada bulan November 1944.
Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan
membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah. Kondisi
tersebut memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga
akhirnya dapat ditumpas.
Di daerah Aceh lainnya timbul pula upaya perlawanan rakyat seperti di
Kabupaten Berenaih yang dipimpin oleh kepala kampung dan dibantu oleh
satu regu Giyugun (perwira tentara sukarela), namun semua berakhir
dengan kondisi yang sama yakni berhasil ditumpas oleh kekuatan militer
Jepang dengan sangat kejam.
Berbagai bentuk perlawanan baik dari sipil maupun dari kalangan
militer telah dilakukan rakyat sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap
penderitaan rakyat, namun karena tidak didukung dengan kekuatan pasukan
dan persenjataan maka semua dapat dipadamkan. Begitu pula dengan
pemberontakan yang terbesar yang dilakukan oleh tentara PETA di Blitar.
Meskipun gagal, namun pengaruhnya besar sekali terhadap semangat
kemerdekaan Indonesia.
Sebenarnya bentuk perlawanan terhadap pemerintah Jepang yang
dilakukan rakyat Indonesia tidak hanya terbatas pada bentuk perlawanan
fisik saja tetapi Anda dapat pula melihat betnuk perlawanan lain/gerakan
bawah tanah seperti yang dilakukan oleh:
- Kelompok Sutan Syahrir di daerah Jakarta dan Jawa Barat dengan cara menyamar sebagai pedagang nanas di Sindanglaya.
- Kelompok Sukarni, Adam Malik dan Pandu Wiguna. Mereka berhasil
menyusup sebagai pegawai kantor pusat propaganda Jepang Sendenbu
(sekarang kantor berita Antara).
- Kelompok Syarif Thayeb, Eri Sudewo dan Chairul Saleh. Mereka adalah kelompok mahasiswa dan pelajar.
- Kelompok Mr. Achmad Subardjo, Sudiro dan Wikana. Mereka adalah kelompok gerakan Kaigun (AL) Jepang.
Mereka yang tergabung dalam kelompok di bawah tanah, berusaha untuk
mencari informasi dan peluang untuk bisa melihat kelemahan pasukan
militer Jepang dan usaha mereka akan dapat Anda lihat hasilnya pada saat
Jepang telah kalah dari Sekutu, kelompok pemudalah yang lebih cepat
dapat informasi tersebut serta merekalah yang akhirnya mendesak golongan
tua untuk secepatnya melakukn proklamasi.
Demikianlah gambaran tentang aktifitas pergerakan Nasional yang
dilakukan oleh kelompok organisasi maupun gerakan sosial pada masa
pemerintah pendudukan Jepang, tentu Anda dapat memahami sebab-sebab
kegagalan dan mengapa para tokoh pergerakan lebih memilih sikap
kooperatif menghadapi pemerintahan militer Jepang yang sangat
ganas/kejam.
Sebagai langkah selanjutnya, silahkan Anda kerjakan latihan soal di
bawah ini untuk melihat sejauhmana Anda telah memahami materi kegiatan
2. |
|
|
|
Kegiatan belajar 3 :Aktivitas Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Mempersiapkan Kemerdekaan |
|
|
|
AKTIVITAS PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN
Setelah Anda mempelajari modul ini diharapkan mampu:
1. menjelaskan tujuan pembentukan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
2. menjelaskan hasil kerja dari BPUPKI
3. menjelaskan tujuan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
4. menjelaskan hasil kerja dari PPKI.
Pembentukan BPUPKI
Latar belakang dan sebab
Memasuki awal tahun 1944, kedudukan Jepang dalam perang Pasifik
semakin terdesak. Angkatan Laut Amerika Serikat dipimpin Laksamana
Nimitz berhasil menduduki posisi penting di Kepulauan Mariana seperti
Saipan, Tidian dan Guan yang memberi kesempatan untuk Sekutu melakukan
serangan langsung ke Kepulauan Jepang. Sementara posisi Angkatan Darat
Amerika Serikat yang dipimpin oleh Jendral Douglas Mac Arthur melalui
siasat loncat kataknya berhasil pantai Irian dan membangun markasnya di
Holandia (Jayapura). Dari Holandia inilah Mac Arthur akan menyrang
Filipina untuk memenuhi janjinya. Di sisi lain kekuatan Angkatan Laut
Sekutu yang berpusa di Biak dan Morotai berhasil menghujani bom pada
pusat pertahanan militer Jepang di Maluku, Sulawesi, Surabaya dan
Semarang. Kondisi tersebut menyebabkan jatuhnya pusat pertahanan Jepang
dan merosotnya semangat juang tentara Jepang. Kekuatan tentara Jepang
yang semula ofensif berubah menjadi defensif (bertahan).
Kepada bangsa Indonesia, pemerintah militer Jepang masih tetap
menggembar gemborkan (meyakinkan) bahwa Jepang akan menang dalam perang
Pasifik. (untuk lebih jelasnya, Anda dapat membuka kembali materi Perang
Pasifik pada modul sebelumnya).
Pada tanggal 18 Juli 1944, Perdana Menteri Hideki Tojo terpaksa
mengundurkan diri dan diganti oleh Perdana Menteri Kaiso Kuniaki. Dalam
rangka menarik sipati bangsa Indonesia agar lebih meningkatkan
bantuannya baik moril maupun materiil, maka tanggal 19 September 1944 PM
Kaiso Kuniaki mengeluarkan janji kemerdekaan kelak kemudian hari bagi
bangsa Indonesia. Janji kemerdekaan ini sering disebut dengan istilah
Deklarasi Kaiso.
Sejak saat itu pemerintah Jepang memberi kesempatan pada bangsa
Indonesia untuk mengibarkan bendera merah putih berdampingan dengan
Hinomaru (bendera Jepang), begitu pula lagu kebangsaan Indonesia Raya
boleh dinyanyikan setelah lagu Kimigayo. Di satu sisi ada sedikit
kebebasan, namun di sisi lain pemerintah Jepang semakin meningkatkan
jumlah tenga pemuda untuk pertahanan. Selain dari organisasi pertahanan
yang sudah ada ditambah lagi dengan organisasi lainnya seperti: Barisan
Pelajar ( Suishintai), Barisan Berani Mati ( Jikakutai) beranggotakan
50.000 orang yang diilhami oleh pasukan Kamikase Jepang yang jumlahnya
50.000 orang (pasukan berani mati pada saat penyerangan ke Pearl
Harbour).
Pada tanggal 1 Maret 1945 Panglima tentara ke-16 Letnan Jendral
Keimakici Harada, mengumumkan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia disingkat BPUPKI/Dokuritsu Junbi
Cosakai.
Tujuan pembentukan badan tersebut adalah menyelidiki dan mengumpulkan
bahanbahan penting tentang ekonomi, politik dan tata pemerintahan
sebagai persiapan untuk kemerdekaan Indonesia. Sebagai bahan tambahan
wawasan Anda, simak gambar 12 &13 berikut ini.
Setelah Anda menyimak gambar 12 & 13 tsb, maka simaklah uraian materi berikutnya.
Walaupun dalam penyusunan keanggotaan berlangsung lama karena terjadi
tawar menawar antara pihak Indonesia dan Jepang, namun akhirnya BPUPKI
berhasil dilantik 28 Mei 1945 bertepatan dengan hari kelahiran Kaisar
Jepang. Adapun keanggotaan yang terbentuk berjumlah 67 orang dengan
ketua Dr. K.R.T. Radjiman Widiodiningrat dan R. Suroso dan seorang
Jepang sebagai wakilnya Ichi Bangase ditambah 7 anggota Jepang yang
tidak memiliki suara. Ir. Soekarno yang pada waktu itu juga dicalonkan
menjadi ketua, menolak pencalonannya karena ingin memperoleh kebebasan
yang lebih besar dalam perdebatan, karena biasanya peranan ketua sebagai
moderator atau pihak yang menegahi dalam memberi keputusan tidak
mutlak.
Selama masa tugasnya BPUPKI hanya mengadakan sidang dua kali. Sidang
pertama dilakukan pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945 di gedung Chou
Sang In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang sekarang dikenal dengan sebutan
Gedung Pancasila. Pada sidang pertama, Dr. KRT. Rajiman Widyodiningrat
selaku ketua dalam pidato pembukaannya menyampaikan masalah pokok
menyangkut dasar negara Indonesia yang ingin dibentuk pada tanggal 29
Mei 1945.
Ada tiga orang yang memberikan pandangannya mengenai dasar negara
Indonesia yaitu Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Supomo dan Ir. Soekarno.
Orang pertama yang memberikan pandangannya adalah Mr. Muhammad Yamin.
Dalam pidato singkatnya, ia mengemukakan lima asas yaitu:
a. peri kebangsaan
b. peri ke Tuhanan
c. kesejahteraan rakyat
d. peri kemanusiaan
e. peri kerakyatan
Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Soepomo dalam pidatonya mengusulkan pula lima asas yaitu:
a. persatuan
b. mufakat dan demokrasi
c. keadilan sosial
d. kekeluargaan
e. musyawarah
Pada sidang hari ketiga tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan lima dasar negara Indonesia merdeka yaitu:
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme dan peri kemanusiaan
c. Mufakat atau demokrasi
d. Kesejahteraan sosial
e. Ketuhanan yang Maha Esa.
Kelima asas dari Ir. Soekarno itu disebut Pancasila yang menurut beliau dapat diperas menjadi Tri Sila atau Tiga Sila yaitu:
a. Sosionasionalisme
b. Sosiodemokrasi
c. Ketuhanan yang berkebudayaan
Bahkan menurut Ir. Soekarno Trisila tersebut di atas masih dapat diperas menjadi Eka sila yaitu sila Gotong Royong.
Anda masih ingat tentang dasar negara Indonesia Pancasila? Ternyata
konsep Pancasila diambil dari konsep Ir. Soekarno, dan kita selalu
mengenang tanggal 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila.
Meskipun sudah ada tiga usulan tentang dasar negara, namun sampai 1
Juni 1945 sidang BPUPKI belum berhasil mencapai kata sepakat tentang
dasar negara. Maka diputuskan untuk membentuk panitia khusus yang
diserahi tugas untuk membahas dan merumuskan kembali usulan dari
anggota, baik lisan maupun tertulis dari hasil sidang pertama. Panitia
khusus ini yang Anda kenal dengan Panitia 9 atau panitia kecil yang
terdiri dari:
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)
3. KH. Wachid Hasyim (anggota)
4. Abdoel Kahar Muzakar (anggota)
5. Mr. A.A. Maramis (anggota)
6. Abikoesno Tjokrosoeyoso (anggota)
7. H. Agus Salim (anggota)
8. Mr. Achmad Soebardjo (anggota)
9. Mr. Muhammad Yamin (anggota).
Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan mengadakan pertemuan.
Hasil dari pertemuan tersebut, direkomondasikan Rumusan Dasar Negara
yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisi
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya;
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
c. Persatuan Indonesia;
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan;
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Coba Anda perhatikan rumusan piagam Jakarta point pertama, konsep
inilah yang pada akhirnya mengalami perubahan karena adanya kritik bahwa
bangsa Indonesia majemuk dalam beragama. Di sisi lain konsep tersebut
saat ini sedang gencargencarnya untuk diusahakan kembali yaitu upaya
untuk menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya mengingat agama Islam
merupakan mayoritas di Indonesia. (Silahkan Anda analisa sendiri
bagaimana pendapat Anda tentang polemik/masalah di atas?)
Setelah piagam Jakarta berhasil disusun, BPUPKI membentuk Panitia
Perancang Undang-Undang Dasar. Ini merupakan sidangnya yang ke-2 pada
tanggal 10 – 16 Juli 1945. Panitia ini diketuai oleh Ir. Soekarno dan
beranggotakan 19 orang. Pada sidang tanggal 11 Juli 1945, panitia
Perangcang UUD membentuk panitia kecil yang beranggotakan 7 orang.
a. Prof. Dr. Mr. Soepomo (ketua merangkap anggota)
b. Mr. Wongsonegoro
c. Mr. Achmad Soebardjo
d. Mr. A.A. Maramis
e. Mr. R.P. Singgih
f. H. Agus Salim
g. Dr. Sukiman.
Tugas panitia kecil adalah menyempurnakan dan menyusun kembali rancangan UUD yang telah disepakati.
Selain panitia kecil di atas, adapula panitia Penghalus bahasa yang
anggotanya terdiri dari Prof. Dr. Mr. Soepomo, Prof. Dr. P.A.A. Hoesein
Djayadiningrat.
Tanggal 13 Juli 1945 panitia perancang UUD yang diketuai Ir. Soekarno
mengadakan sidang untuk membahas hasil kerja panitia kecil perancang
UUD.
Pada tanggal 14 Juli 1945 dalam rapat pleno BPUPKI menerima laporan
panitia perancang UUD yang dibacakan Ir. Soekarno. Dalam laporan
tersebut tiga masalah pokok yaitu:
a. pernyataan Indonesia merdeka
b. pembukaan UUD
c. batang tubuh UUD.
Konsep pernyataan Indonesia merdeka disusun dengan mengambil tiga
alenia pertama piagam Jakarta. Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar
hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat piagam Jakarta.
Hasil kerja panitia perancang UUD yang dilaporkan akhirnya diterima
oleh BPUPKI. Kejadian ini merupakan momentum yang sangat penting karena
disinilah masa depan bangsa dan negara dibentuk.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
PPKI atau Dokuritsu Junbi Inkai
Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI atau Dokurtsu Junbi Cosakai
dibubarkan oleh Jepang karena dianggap terlalu cepat mewujudkan kehendak
Indonesia merdeka dan mereka menolak adanya keterlibatan pemimpin
pendudukan Jepang dalam persiapan kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal itu pula dibentuk PPKI atau Dokuritsu Junbi Inkai,
dengan anggota berjumlah 21 orang terdiri dari 12 orang dari Jawa, 3
orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1
orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari maluku, 1 orang dari Tionghoa.
PPKI diketuai oleh Ir Soekarno, wakil ketuanya adalah Moh Hatta dan
penasehat Ahmad Subardjo. Keanggotaan bertambah 6 orang tanpa
sepengetahuan Jepang yaitu R.A.A Wiranata Kusumah, ki Hajar Dewantoro,
Mr. Kosman singodimejo, Sayuti Melik dan Iwa Kusuma Sumantri. Tugas PPKI
adalah menyusun rencana kemerdekaan Indonesia yang telah dihasilkan
BPUPKI.
PPKI pada dasarnya dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang sebagai upaya untuk menarik simpati dari berbagai golongan.
PPKI secara simbolik dilantik oleh Jendral Terouchi dengan
mendatangkan Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta dan juga Rajiman Wedyodiningrat
(mantan ketua BPUPKI) ke Saigon pada tanggal 9 Agustus 1945. Dalam
pidato pelantikannya Terauchi menerangkan bahwa cepat atau lambat
kemerdekaan bisa diberikan, tergantung pada cara kerja PPKI. adapun
wilayah Indonesia, maka wilayah Indonesia akan meliputi bekas Hindia
Belanda. Bahkan dari hasil pertemuan tanggal 11 Agustus 1945, rencana
kemerdekaan akan diberikan tanggal 24 Agustus 1945.
Setelah pembentukannya PPKI tidak dapat berbuat banyak, karena
kegiatannya terganggu oleh gerakan para pemuda yang berkeinginan agar
pemimpin PPKI yaitu Ir. Soekarno dan Drs. M. Hatta segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia khususnya pada tanggal 15 Agustus
1945, setelah para pemuda mendengar berita kekalahan Jepang atas Sekutu
akibat pemboman kota Hiroshima 6 Agustus 1945 dan Nagasaki 9 Agustus
1945.
Sebagai bukti pelaksanaan proklamasi tersebut, silahkan Anda simak gambar 14 berikut ini.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 fungsi dan peranan PPKI berubah menjadi:
a. wakil seluruh rakyat Indonesia
b. badan resmi yang berwenang mengesahkan UUD Negara
c. badan yang memilih presidan dan wakil presiden
d. badan pendiri negara Republik Indonesia
e. badan tertinggi Negara Republik Indonesia.
Adapun hasil kerja sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah
menghasilkan 3 keputusan penting demi kelangsungan kehidupan bangsa dan
negara yang baru merdeka, antara lain:
a. mengesahkan UUD negara
b. memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. M. Hatta sebagai wakil presiden RI
c. membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas presiden sebelum DPR/ MPR terbentuk.
Masih ada beberapa sidang PPKI pasca kemerdekaan yang merupakan hasil
kerja PPKI selama masa tugasnya, namun akan dibahas pada modul
selanjutnya. (modul 5, proklamasi kemerdekaan RI). |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar