Pada mulanya di Tulungagung ada seorang Adipati yang terkenal yaitu
Adipati Betak Bedalem. Adipati Betak ini mempunyai 2 putri yang sangat
cantik, yang pertama bernama Roro Inggit dan yang kedua bernama Roro
Kembangsore.
Putri Adipati Betak yang kedua ini banyak disenangi
Adipati-Adipati Muda, bahkan kecantikannya sangat terkenal di Kota-Kota
lain smapai di Kerajaan Mojopahit. Kerajaan Mojopahit yang Putranya
bernama Pangeran Lembu Peteng, sebagai Pangeran yang sangat bagus
parasnya juga mempunyai Keris yang sangat ampuh
kegunaannya (Digdoyo). Pangeran Lembu Peteng ini juga berada di
lingkungan Kadipatenan Bedalem, selain Pangeran Lembu Peteng juga ada
Kasan Besari dan Adipati Kalang, yang sama-sama ada di lingkungan
Kadipaten.
Pangeran Lembu Peteng dan Adipati Kalang sama-sama
jatuh cinta kepada Putri Adipati Betak yang bernama Roro Kembang Sore.
Roro Kembangsore sangat cocok dan cinta kapada Pangeran Lembu Peteng,
dan akhirnya kedua pasangan ii dinikahkan oleh Adipati Betak Bedalem
(ayahnya Roro Kembang Sore). Mendengar berita itu, Adipati Kalang sangat
marah dan murka, akhirnya Adipati Kalang mempunyai rencana membunuh
Pangeran Lembu Peteng.
Pada waktu Pangeran Lembu Peteng dan Roro
Kembang Sore Sungkem pada Adipati Betak, tiba-tiba Adipati Kalang
mengeluarkan kerisnya dan langsung di tancapkan pada Pangeran Lembu
Peteng dari arah belakang, dan matilah Pangeran Lembu Peteng. Adipati
Kalang mengamuk setelah membunuh Pangeran Lembu Peteng. Adipati juga
membunuh kedua orang tuanya Roro Kembang Sore, yaitu Adipati Betak
Bedalem dan Istrinya. Roro Ringgit juga Roro Kembang Sore melarikan diri
mencari keselamatannya masing-masing. Roro Kembang Sore akhirnya ada di
pertapaan Gunung Cilik, Semedi. Kesaktian Keris dari Suaminya sangat
terkenal bahkan sampai terdengar oleh Adipati Kalang berniat untuk
memilikinya. Adipati Kalang ingin tahu Pusaka ampuh itu, makanya dia
pergi ke Gunung Cilik dengan jalan Jongkok dan tunduk. Sampai ke Gunung
Cilik, semua persyaratan dari Roro Kembang Sore. Akhirnya sampailah
Adipati Kalang di Gunung Cilik, dan wanita yang tidak kenal itu menyuruh
supaya Adipati Kalang menengadah dan dan melihat siapa yang ada di
depannya, betapa kagetnya Adipati Kalang, ternyata orang yang menyuruh
di Gunung Cilik itu ialah Roro Kembang Sore.
Utusan dari
Mojopahit waktu itu juga ada di Gunung Cilik, Patih Gajah Mada beserta
Prajuritnya. Patih Gajah Mada tahu kalau pembunuh Putra Kerajaan
Mojopahit Pangeran Lembu Peteng adalah Adipati Kalang pembunuhnya.
Adipati Kalang lari terbirit-birit karena terus dikejar oleh Patih Gajah
Mada dan Adipati Kalang badannya “di suwir-suwir” oleh Patih Gajah
Mada, akhirnya tempatnya dinamakan Cuwiri dan Adipati Kalang lari
kepergok oleh Patih Gajah Mada. Lalu tempat itu dinamakan “Bantelan” dan
Adipati Kalang lari lalu si sembret-sembret terus tempat nya dinamakan
“Kalangbret“, akhirnya Adipati Kalang jatuh dan masuk ke Kedung.
Akhirnya “Ngesong” ke dalam dan dinamakan Kali Song. Akhirnya Adipati
Kalang mati di dalam sugnai tersebut. Dan mayatnya tersangkut di pohon
aren. Oleh Patih gajah Mada dinamakan “Batangsaren”.
Inilah
cerita dari Wilayah Kalangbret Tulungagung yang kejadiannya di sekitar
Wilayah Kalangbret sini. Nama-nama di bawah ini semua pemberian nama
dari Patih Gajah Mada.
Adipati Kalang di suwir-suwir ® Cuwiri
Adipati Kalang kebentel ® Bantelan
Adipati Kalang jatuh diam (Tiba Meneng) ® Boneng
Adipati Kalang di sembret-sembret ® Kalangbret
Adipati Kalang masuk kedung ngesong ® Kali Song
Adipati Kalang mati tersangkut di pohon aren ® Batangsaren
Lalu
nama itu di abadikan menjadi nama-nama Desa dan Dusun oleh masyarakat
sekitar. Dan mereka menjadikan atau membuat cerita tersebut ke dalam
ketoprak dan diselenggarakan pada hari-hari tertentu. Dan mereka sangat
senang gembira karena diwarisi kebudayaan yang sangat berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar