Total Tayangan Halaman

Rabu, 10 September 2014

asal mula GWK bali

“Pernah denger ‘Garuda Wisnu Kencana’?”
*mikir*
“Kalo gue bilang Monumen GWK?”
*angkat tangan semangat* “BALI!”





Monumen Garuda Wisnu Kencana, terdiri dari patung Garuda dan patung Dewa Wisnu (Bukit Ungasan, Jimbaran, Bali)


Aha! Buat kamu-kamu yg jawabnya kira2 seperti dialog di atas, 100 poin buat kalian! Ehehehe.

Gagah ya patungnya? Iya pasti. Besar? Iya doong jelas. Direncanain buat jadi patung tertinggi di dunia dan ngalahin Patung Liberty, gitu. :O

Tapi, predikat patung terbesar di dunia ini, masih belum bisa kita boyong sekarang nih. Masih mesti nunggu hingga waktu yang belum bisa ditentukan.

Loh? Kenapa? o.O

Buat yang udah pernah liat langsung, mungkin udah tahu kalo patung-patung di atas masih diletakkan terpisah dan masih dalam keadaan setengah matang, alias belum jadi sepenuhnya (kedua tangan untuk patung Dewa Wisnu-nya juga masih terpisah dari badannya). Penyelesaian proyeknya masih tertunda karena beberapa hal (salah satunya tentu masalah dana. Hehe).

Monumen GWK ini nantinya diharapkan jadi masterpiece buat pariwisata Indonesia, khususnya Bali. Selain direncanakan jadi monumen dengan tinggi patung yang WAH (kurang lebih 145 m), lokasi monumen juga merupakan taman budaya yang menyatukan unsur alam, kebudayaan dan tradisi kuno lewat wujud yang lebih modern.

Ngomong2 tentang unsur budaya dan tradisi kuno, ada sedikit cerita nih tentang Garuda Wisnu Kencana ini.

Garuda Wisnu Kencana ini diartikan sebagai ‘Burung Garuda Kendaraan Dewa Wisnu’.

Jadi, di patungnya nanti, memang akan keliatan Dewa Wisnu sedang mengendarai Garuda tersebut. Dan asal muasal Garuda yang gagah ini akhirnya menjadi kendaraan Dewa Wisnu juga ada kisahnya loh.

Garuda ini adalah anak dari Sang Winata, istri Bagawan Kasyapa.

Bagawan Kasyapa sendiri punya istri lain yang hubungannya nggak begitu baik dgn Sang Winata, namanya Sang Kudra. Buruknya, dari 14 orang istri Bagawan Kasyapa, cuma mereka berdua yang nggak juga memiliki anak, sehingga Bagawan Kasyapa memberi mereka butiran telur sejumlah anak yang masing-masing mereka inginkan.

Sang Kudra diberi 1000 butir telur, yang kemudian semuanya menetas menjadi naga, sementara Sang Winata diberi 2 butir telur.

Anak pertama Sang Winata namanya Aruna. Sayangnya, Aruna menetas dgn bentuk yg nggak sempurna (tidak memiliki kaki dan paha) karena dipecahkan secara paksa oleh Sang Winata yang melihat 100 telur Sang Kudra udah menetas duluan.
Karena dipecahkan secara paksa dan berbentuk nggak sempurna, Aruna marah ke ibunya dan mengutuk ibunya akan menjadi budak dari Sang Kudra.

Sepeninggal Aruna yg pergi dari ibunya, muncul kabar tentang adanya seekor kuda. Sang Winata bilang, warna kuda itu adalah putih seluruhnya, sementara Sang Kudra bilang warna kuda itu putih, tapi ekornya berwarna hitam.

Karena beda pendapat, mereka akhirnya bertaruh, dan yg tebakannya salah akan menjadi budak dari yg tebakannya benar.

Karena takut kalah, Sang Kadru menyuruh anak2nya supaya bikin ekor sang kuda jadi berwarna hitam. Besoknya, karena ekor kuda berwana hitam, Sang Winata pun akhirnya kalah dan menjadi budak Sang Kadru.

Garuda, anak Sang Winata, yang baru saja menetas dari telur, mencari2 ibunya yang nggak juga muncul. Dia lalu menemukan ibunya ternyata sedang menjadi budak Sang Kudra.

Karena nggak mau liat ibunya jadi budak, Garuda pun rela melakukan apa aja buat menebus ibunya.

Para naga, anak Sang Kudra akhirnya ngasih syarat ke Garuda untuk bawa pusaka tirta Amerta ke hadapan mereka. Garuda menyanggupi dan berusaha mengambil pusaka tirta Amerta.

Tapi di akhir cerita, Garuda diceritakan merelakan dirinya buat jadi kendaraan Dewa Wisnu. Hal ini dia lakuin sebagai tebusan dan ganti ke Dewa Wisnu, karena dia ngambil pusaka tirta Amerta tanpa ijin. Maka setelah dapet pusaka tirta Amerta dari Dewa Wisnu, kemudian membebaskan ibunya dari perbudakan, Garuda pun kembali dan menepati janjinya buat jadi kendaraan Dewa Wisnu.


Nah, itulah kenapa akhirnya Garuda jadi kendaraan Dewa Wisnu, dan monumen GWK ini jadi semacam simbol pengorbanan Garuda buat ibunya.

Liat cerita di balik monumen GWK dan lika-liku pembuatannya, rasanya pengen bgt cepet2 liat monumen selesai dan berdiri dengan gagahnya di Bali ya.

Hwaah, jadi mari kita berdoa bareng2 semoga monumen dan patung GWK ini bisa segera selesai dan jadi salah satu kebanggaan dan ikon pariwisata Indonesia di mata dunia!



Miniatur Garuda Wisnu Kencana (rencananya, si patung besar buat monumen GWK itu, bentuknya nanti bakal kya gini nih)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar